Pengaruh Sudut Runner Blade terhadap Efisiensi Hidrolis dan Kavitasi pada Turbin Francis – Marvin Adityas Anggoro(2306155426) – SKE 02

Assalamualaikum Wr. Wb

Perkenalkan saya Marvin Adityas Anggoro (NPM 2306155426).
Saat ini saya adalah mahasiswa semester 5 jurusan Teknik Mesin. Dalam perkuliahan, saya sedang mempelajari sistem konversi energi, khususnya Francis Turbine.

Lantas, terbesit dipikiran saya tentang pertanyaan berikut.
Bagaimana pengaruh sudut pada sudu (runner blade angle) terhadap efisiensi hidrolis dan kavitasi pada turbin Francis?

Mari kita bahas lebih lanjut menggunakan pendekatan DAI5 Framework agar lebih mudah dimengerti.


1. Deep Awareness of I (DAI)

Saya sebagai mahasiswa teknik mesin semester 5 mulai menyadari bahwa pembelajaran tidak sekadar menghafalkan rumus atau diagram, melainkan memahami interaksi nyata antara desain komponen mesin dan perilaku aliran fluida.

Turbin Francis, sebagai salah satu turbin reaksi yang paling banyak dipakai di PLTA, mengajarkan saya bahwa detail kecil seperti runner blade angle (sudut sudu pada runner) bisa berdampak signifikan terhadap:

  • Efisiensi konversi energi hidrolis menjadi energi mekanis.
  • Fenomena kavitasi yang berpotensi merusak material turbin.

Kesadaran ini membuat saya mengaitkan antara teori di kelas dengan aplikasi nyata: bagaimana sebuah sudut geometris dapat menentukan seberapa besar listrik yang dihasilkan sebuah pembangkit. Bagi saya pribadi, ini juga menjadi refleksi bahwa sebagai engineer nanti, keputusan desain sekecil apapun akan berimplikasi besar terhadap keberlanjutan energi dan keamanan sistem.


2. Intention

Tujuan saya adalah:

  • Mengetahui hubungan sudut runner blade dengan efisiensi hidrolis.
  • Memahami bagaimana sudut tersebut berpengaruh terhadap terjadinya kavitasi.
  • Mengetahui kondisi head di mana turbin Francis biasanya digunakan.

3. Initial Thinking

Sebelum memperdalam literatur, saya sempat berpikir sederhana:

  • โ€œKalau sudut blade semakin besar, maka fluida akan diarahkan lebih efisien ke arah tangensial, otomatis efisiensi meningkat.โ€
    Namun, setelah mempelajari dasar fluid dynamics, saya mulai menyadari bahwa hal ini tidak linear.
Kesalahan awal saya:
  1. Menganggap sudut besar = efisiensi tinggi selalu.
    Nyatanya, sudut besar bisa memicu tekanan lokal turun drastis, yang justru memicu kavitasi.
  2. Mengabaikan coupling dengan aliran sekunder.
    Aliran dalam runner tidak hanya aksialโ€“radial, tetapi ada secondary flow yang muncul akibat sudut terlalu curam.
  3. Menyamakan semua kondisi head.
    Saya dulu berpikir sudut optimal berlaku universal, padahal di head rendah, menengah, dan tinggi, perilakunya sangat berbeda.

Initial thinking ini penting karena menunjukkan titik awal sebelum saya memahami kompleksitas sistem turbin Francis.


4. Idealization

Dalam kondisi ideal, mari kita pecah peran runner blade angle terhadap dua aspek utama:

A. Efisiensi Hidrolis

  • Sudut Optimal (15โ€“20ยฐ):
    Memberikan keseimbangan antara arah aliran fluida dan momentum, sehingga energi kinetik dapat dikonversi menjadi energi mekanik dengan minimal losses.
  • Teori Euler Turbine Equation:
    Hubungan ฮ”h=u2Vu2โˆ’u1Vu1\Delta h = u_2 V_{u2} – u_1 V_{u1}ฮ”h=u2โ€‹Vu2โ€‹โˆ’u1โ€‹Vu1โ€‹ menunjukkan bahwa sudut memengaruhi komponen kecepatan tangensial fluida yang langsung berhubungan dengan work done.

B. Kavitasi

  • Sudut Terlalu Tinggi:
    Tekanan fluida bisa turun drastis di trailing edge โ†’ memicu gelembung uap โ†’ kavitasi.
  • Sudut Terlalu Rendah:
    Aliran tidak diarahkan dengan baik โ†’ turbulensi meningkat โ†’ zona stagnasi terbentuk โ†’ kavitasi lokal tetap bisa terjadi.
  • Zona Aman:
    Kombinasi sudut dan bentuk blade harus dirancang agar tekanan tidak jatuh di bawah vapour pressure.

C. Faktor Tambahan

  • Reynolds number & turbulence model: memengaruhi hasil simulasi CFD.
  • Material blade: jika material tidak tahan erosi kavitasi, desain sudut jadi semakin krusial.
  • Operating head: menentukan kisaran sudut yang aman dan efisien.

5. Instruction Set

Langkah yang dapat ditempuh untuk memahami sekaligus mengaplikasikan konsep ini:

  1. Simulasi CFD:
    • Buat model runner dengan variasi sudut (misalnya 15ยฐ, 20ยฐ, 30ยฐ, 45ยฐ).
    • Analisis distribusi tekanan, kecepatan, dan vorticity.
    • Identifikasi zona risiko kavitasi.
  2. Eksperimen Laboratorium:
    • Gunakan Francis Turbine Test Rig dengan flowmeter, manometer, dan sensor tekanan.
    • Catat hubungan antara debit, head, dan efisiensi pada tiap variasi sudut.
  3. Optimasi Matematis:
    • Gunakan persamaan Euler turbine + Bernoulli equation untuk memodelkan head efektif.
    • Terapkan metode optimasi (misalnya Genetic Algorithm) untuk mencari sudut paling efisien.
  4. Aplikasi Nyata:
    • Untuk head tinggi (40โ€“100 m): turbin Francis dengan sudut optimal memberikan performa terbaik.
    • Untuk head sedang (10โ€“30 m): pemilihan sudut jadi sensitif, perlu kompromi antara efisiensi & kestabilan aliran.
    • Untuk head rendah (<10 m): Francis jarang dipakai, tapi jika dipaksa, desain sudut harus benar-benar spesifik.
  5. Future Work:
    • Integrasi desain runner blade dengan machine learning untuk mempercepat optimasi desain.
    • Eksperimen material anti-erosi untuk mengurangi dampak kavitasi.

Kesimpulan

Sudut runner blade bukan sekadar angka desain, melainkan variabel kunci yang menentukan keseimbangan antara efisiensi hidrolis dan risiko kavitasi.
Dengan pendekatan DAI5 Framework, saya menyadari:

  • Pentingnya kesadaran diri (DAI) dalam belajar.
  • Tujuan jelas (Intention) yang membimbing arah riset.
  • Pemahaman awal yang mungkin keliru (Initial Thinking).
  • Gambaran kondisi ideal (Idealization).
  • Dan langkah praktis (Instruction Set) untuk menjembatani teori dengan aplikasi nyata.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *