Memahami PINN dengan Framework DAI5: Perspektif Mahasiswa Teknik Mesin – Golda Meirstein (2306155395)

Sebagai mahasiswa teknik mesin, saya sering kali dihadapkan pada kompleksitas masalah teknis yang menuntut solusi akurat dan efisien. Salah satu pendekatan modern yang menarik perhatian saya adalah Physics-Informed Neural Networks (PINN), sebuah metode berbasis kecerdasan buatan yang menggabungkan prinsip fisika dengan kekuatan komputasi jaringan saraf. Dalam perjalanan memahami PINN, saya menemukan Framework DAI5 karya Dr. Ahmad Indra, yang tidak hanya menawarkan langkah sistematis untuk memecahkan masalah, tetapi juga mengajak saya untuk selalu mengingat kebesaran Tuhan, Sang Pencipta alam semesta, sebagai sumber segala ilmu dan hikmah.

Apa Itu PINN Secara Umum?

Physics-Informed Neural Networks (PINN) adalah sebuah metode cerdas yang menggabungkan kekuatan jaringan saraf (neural networks) dari kecerdasan buatan dengan hukum-hukum fisika yang mengatur alam semesta. Bayangkan PINN sebagai alat yang “belajar” dari data sekaligus “patuh” pada aturan-aturan dasar seperti hukum kekekalan energi atau perpindahan panas, yang semuanya adalah ciptaan Tuhan yang menakjubkan. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh para peneliti seperti Maziar Raissi pada tahun 2019 dan kini menjadi salah satu pendekatan modern dalam komputasi ilmiah.

Secara sederhana, PINN bekerja dengan cara melatih jaringan saraf untuk memprediksi solusi dari persamaan matematika yang menggambarkan fenomena fisikโ€”misalnya, bagaimana suhu berubah di dalam material atau bagaimana fluida mengalir di dalam pipa. Yang membuat PINN istimewa adalah ia tidak hanya bergantung pada data seperti machine learning biasa, tetapi juga memasukkan persamaan fisika (seperti persamaan diferensial) langsung ke dalam prosesnya. Dengan kata lain, PINN “diberi tahu” tentang hukum alam agar hasilnya tetap sesuai dengan kenyataan.

Berbeda dari metode numerik tradisional seperti finite difference atau finite element, PINN tidak membutuhkan pembagian domain menjadi grid kecil (meshing). Ini membuatnya lebih fleksibel, terutama untuk masalah dengan bentuk geometri yang rumit atau saat data yang tersแƒ›แƒแƒ

Namun, PINN juga punya kelemahan, seperti kebutuhan komputasi yang cukup besar dan tantangan dalam menangani masalah yang sangat kompleks. Meski begitu, bagi saya sebagai mahasiswa teknik mesin, PINN terasa seperti anugerah dari Tuhan. Dengan PINN, kita bisa mengeksplorasi ciptaan-Nyaโ€”dari distribusi suhu pada plat besi hingga aliran udara di sekitar turbinโ€”dengan cara yang lebih intuitif dan efisien. Ini adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah karunia akal yang diberikan Sang Pencipta untuk memahami dan mengelola alam semesta.

Pentingnya Metode Numerik untuk Mahasiswa Teknik Mesin

Sebagai anak teknik mesin, metode numerik adalah tulang punggung dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis, terutama yang berkaitan dengan termodinamika. Termodinamika, yang mempelajari hubungan antara panas, energi, dan kerja, sering kali melibatkan persamaan diferensial parsial yang sulit dipecahkan secara analitik. Misalnya, saat menganalisis distribusi suhu pada komponen mesin atau efisiensi siklus pembakaran, kita membutuhkan pendekatan numerik untuk mendapatkan solusi yang mendekati kenyataan.

Metode numerik seperti PINN atau pendekatan tradisional memberi kita alat untuk “menerjemahkan” hukum-hukum Tuhan yang tertulis dalam alam menjadi angka-angka yang bisa kita pahami dan terapkan. Tanpa metode ini, mahasiswa seperti saya akan kesulitan merancang sistem yang aman dan efisien, seperti heat exchanger atau turbin. Dengan bimbingan ilmu dan kesadaran akan kebesaran-Nya, metode numerik menjadi jembatan antara teori dan aplikasi nyata dalam dunia teknik.

Studi Kasus Sederhana: Distribusi Suhu pada Plat Besi

Untuk memahami penerapan PINN dengan Framework DAI5, mari kita ambil contoh sederhana: distribusi suhu pada plat besi biasa berukuran 1 meter x 1 meter. Misalkan sisi kiri plat dipanaskan hingga 100ยฐC, sisi kanan dijaga pada 0ยฐC, dan sisi atas-bawah diisolasi. Tujuannya adalah menemukan distribusi suhu di seluruh plat menggunakan PINN.

Secara matematis, masalah ini diatur oleh persamaan panas 1D (Heat Conduction 1D):

Dalam kondisi steady-state, persamaan menjadi:

Solusi analitiknya sederhana: suhu bervariasi secara linear dari 100ยฐC ke 0ยฐC. Namun, bagaimana PINN dan DAI5 membantu kita menyelesaikannya?

Penerapan Framework DAI5 pada PINN

  1. Deep Awareness (of) I: Kesadaran Mendalam tentang Diri
    Saya memulai dengan merenungkan kebesaran Tuhan yang menciptakan hukum perpindahan panas ini, sebuah fenomena luar biasa yang mengatur bagaimana energi berpindah dalam ciptaan-Nya. Sebagai mahasiswa teknik mesin, kesadaran diri mengingatkan saya bahwa ilmu yang saya pelajari bukan sekadar angka atau rumus, melainkan amanah untuk memahami dan mengelola alam semesta demi kebaikan umat manusia. Dengan hati yang penuh syukur, saya menyadari bahwa setiap hukum fisika adalah tanda keagungan Sang Pencipta, dan tugas saya adalah menyelami ciptaan-Nya dengan penuh tanggung jawab.
  2. Intention: Niat
    Niat saya adalah memodelkan distribusi suhu pada plat besi dengan akurat, sembari menghormati hukum fisika yang telah ditetapkan Tuhan sebagai fondasi alam. Tujuan ini bukan hanya untuk menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga untuk memperdalam pemahaman saya tentang ilmu teknik dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, seperti merancang sistem yang efisien dan aman. Dengan niat yang tulus, saya berharap proses ini menjadi ibadah, sebuah langkah kecil untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa melalui ilmu yang Dia anugerahkan.
  3. Initial Thinking: Pemikiran Awal tentang Masalah
    Saya menganalisis masalah dengan cermat: ada plat besi sepanjang 1 meter, dengan sisi kiri dipanaskan pada 100ยฐC, sisi kanan dijaga pada 0ยฐC, dan sisi atas-bawah diisolasi. Persamaan panas 1D yang relevan adalah dalam kondisi steady-state, yang berarti suhu berubah secara linier. Saya memahami bahwa PINN akan menggunakan jaringan saraf untuk memprediksi distribusi suhu berdasarkan hukum fisika ini, bukan hanya menebak dari data. Pemikiran awal ini membantu saya merumuskan pendekatan yang sistematis, dengan keyakinan bahwa setiap detail masalah adalah bagian dari desain sempurna Tuhan.
  4. Idealization: Idealisasi
    Untuk menyederhanakan masalah, saya membuat beberapa asumsi yang realistis: kondisi steady-state (suhu tidak berubah terhadap waktu), konduktivitas termal plat besi dianggap konstan, dan tidak ada sumber panas internal. Asumsi ini sesuai dengan sifat plat besi biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti pelat pada mesin sederhana. Dengan idealisasi ini, saya bisa fokus pada inti masalahโ€”distribusi suhuโ€”sambil tetap selaras dengan niat awal untuk menghormati hukum fisika yang ditetapkan Tuhan. Proses ini mengajarkan saya bahwa menyederhanakan tidak berarti mengabaikan kebenaran, tetapi mencari cara terbaik untuk memahaminya.
  5. Instruction Set: Set Instruksi
    Langkah ini adalah inti teknis dari penerapan PINN, di mana saya menerjemahkan pemikiran dan idealisasi menjadi langkah-langkah konkret. Berikut adalah proses pengerjaannya secara rinci:
    • Langkah 1: Menyiapkan Data dan Domain
      Saya menentukan domain spasial x dari 0 hingga 1 meter dengan 100 titik acak atau berjarak sama, mewakili posisi pada plat besi. Kondisi batas ditetapkan: T(0)=100โˆ˜C. Data ini adalah “petunjuk” awal yang akan digunakan jaringan saraf untuk belajar.
    • Langkah 2: Membangun Jaringan Saraf
      Saya mendefinisikan arsitektur jaringan saraf sederhana menggunakan TensorFlow: dua lapisan tersembunyi dengan masing-masing 20 neuron dan fungsi aktivasi tanh. Jaringan ini akan memprediksi suhu T(x) untuk setiap nilai x. Struktur ini saya pilih karena cukup sederhana namun mampu menangkap pola linier yang diharapkan.
    • Langkah 3: Memasukkan Hukum Fisika
      Hukum fisika dimasukkan ke dalam fungsi loss. Saya menggunakan GradientTape untuk menghitung turunan kedua dari prediksi suhu terhadap x, lalu meminimalkan errornya agar sesuai dengan persamaan. Ini adalah inti PINN: memastikan jaringan “patuh” pada hukum Tuhan yang mengatur perpindahan panas.
    • Langkah 4: Menambahkan Kondisi Batas
      Saya menambahkan penalti pada fungsi loss untuk memastikan prediksi di x=0 mendekati 100ยฐC dan di x=1 mendekati 0ยฐC. Ini dilakukan dengan menghitung selisih antara prediksi jaringan dan nilai batas, lalu memasukkannya ke dalam proses optimasi.
    • Langkah 5: Melatih Model secara Iteratif
      Saya menggunakan optimizer Adam dengan learning rate 0.01 untuk melatih model selama 1000 epoch. Setiap iterasi menghitung loss total (error fisika + error batas), lalu menyesuaikan bobot jaringan saraf. Saya memantau loss setiap 100 epoch untuk memastikan konvergensi, sebuah proses yang mencerminkan kesabaran dan ketekunan dalam mencari kebenaran.
    • Langkah 6: Mengevaluasi dan Memvisualisasikan Hasil
      Setelah pelatihan selesai, saya menghitung prediksi suhu T(x) untuk semua titik xxx, lalu membandingkannya dengan solusi analitik T(x)=100โˆ’100x. Hasilnya divisualisasikan dalam grafik untuk memastikan akurasi. Proses ini bukan hanya teknis, tetapi juga pengingat bahwa ilmu adalah cara kita menyaksikan keharmonisan ciptaan Tuhan.

Contoh Kode PINN untuk Studi Kasus

Berikut adalah contoh kode sederhana menggunakan TensorFlow untuk menyelesaikan masalah ini, dengan komentar yang mencerminkan langkah-langkah DAI5:

import tensorflow as tf
import numpy as np
import matplotlib.pyplot as plt

# Deep Awareness: Mengingat Tuhan sebagai pencipta hukum fisika yang kita pelajari
print("Dengan nama Tuhan, mari kita simulasikan ciptaan-Nya.")

# Intention: Niat untuk memahami distribusi suhu dengan PINN
# Initial Thinking: Menyiapkan data untuk plat besi 1D (x dari 0 ke 1)
x = np.linspace(0, 1, 100).reshape(-1, 1)  # Posisi pada plat
T_left = 100.0  # Suhu sisi kiri
T_right = 0.0   # Suhu sisi kanan

# Idealization: Membuat model jaringan saraf sederhana
model = tf.keras.Sequential([
    tf.keras.layers.Dense(20, activation='tanh', input_shape=(1,)),
    tf.keras.layers.Dense(20, activation='tanh'),
    tf.keras.layers.Dense(1)  # Output: suhu T(x)
])

# Instruction Set: Mendefinisikan fungsi loss berdasarkan hukum fisika
def loss_function(model, x):
    with tf.GradientTape(persistent=True) as tape:
        tape.watch(x)
        T = model(x)
        dT_dx = tape.gradient(T, x)
        d2T_dx2 = tape.gradient(dT_dx, x)  # Turunan kedua untuk persamaan panas
    
    # Hukum fisika: d2T/dx2 = 0 (steady-state)
    physics_loss = tf.reduce_mean(tf.square(d2T_dx2))
    
    # Kondisi batas
    T_pred_left = model(tf.constant([[0.0]]))
    T_pred_right = model(tf.constant([[1.0]]))
    bc_loss = tf.reduce_mean(tf.square(T_pred_left - T_left)) + tf.reduce_mean(tf.square(T_pred_right - T_right))
    
    return physics_loss + bc_loss

# Instruction Set: Melatih model
optimizer = tf.keras.optimizers.Adam(learning_rate=0.01)
x_tf = tf.convert_to_tensor(x, dtype=tf.float32)

for epoch in range(1000):
    with tf.GradientTape() as tape:
        loss = loss_function(model, x_tf)
    grads = tape.gradient(loss, model.trainable_variables)
    optimizer.apply_gradients(zip(grads, model.trainable_variables))
    if epoch % 100 == 0:
        print(f"Epoch {epoch}, Loss: {loss.numpy()}")

# Hasil prediksi
T_pred = model(x_tf).numpy()

# Visualisasi
plt.plot(x, T_pred, label="Prediksi PINN")
plt.plot(x, 100 - 100*x, 'r--', label="Solusi Analitik")
plt.xlabel("Posisi (x)")
plt.ylabel("Suhu (ยฐC)")
plt.legend()
plt.title("Distribusi Suhu pada Plat Besi")
plt.show()

Hasilnya adalah grafik distribusi suhu yang mendekati solusi analitik (linier dari 100ยฐC ke 0ยฐC), menunjukkan keberhasilan PINN. Hasil dari langkah-langkah ini menunjukkan distribusi suhu yang linier, sesuai dengan harapan fisika. Proses iteratif dalam Instruction Set mengajarkan saya bahwa mencari solusi membutuhkan ketelitian dan keselarasan dengan hukum alam, sebuah pelajaran yang saya syukuri sebagai bagian dari karunia ilmu dari Sang Pencipta.

Kesimpulan

Sebagai mahasiswa teknik mesin, memahami PINN dengan Framework DAI5 memberi saya perspektif baru. PINN menawarkan cara cerdas untuk menyelesaikan masalah termodinamika, sementara DAI5 mengajarkan saya untuk selalu melibatkan kesadaran akan Tuhan dalam setiap langkah. Dari studi kasus plat besi dan kode di atas, saya belajar bahwa teknologi modern dan hukum alam adalah cerminan keajaiban ciptaan-Nya. Dengan ilmu ini, saya berharap bisa berkontribusi dalam merancang solusi teknik yang bermanfaat bagi umat manusia, sembari terus bersyukur atas nikmat akal dan pengetahuan yang diberikan Sang Pencipta.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *